Menyambut Hari Raya Nyepi di Bali.

Pada saat akan menyambut hari raya nyepi, Tradisi ini sudah terjadi turun temurun yang selalu di lestarikan oleh masyarakat sekitar. Jadi jika kalian ingin mencari pengalaman baru pada saat libur hari raya nyepi, di sinilah tempatnya. Tetapi perlu anda ingat masyarakat di sini mempunyai tradisi unik yaitu mereka semua wajib memadamkan lampu, walaupun ada sebagian warga beragama lain, tetapi mereka bisa memahami dan ikut memadamkan lampu untuk menghormati masyarakat hindu sekitar.

Jadi yang perlu anda persiapkan adalah hal – hal yang sifatnya mendesak, seperti contoh liburan saat nyepi di Bali anda tidak akan menemukan 1 pun toko yang buka ,entah itu toko obat, makanan atau dan lain – lainya. Jadi sebelum anda liburan di Bali baiknya persiapkan diri kalian dengan matang, misalnya contoh membawa senter karena pasti saat malam hari suasana di sana akan gelap gulita, dan tak lupa membawa obat – obatan penting jika anda memiliki penyakit yang setiap saat bisa saja kambuh.

Cerita sedikit mengenai pawai ogoh – ogoh, menurut umat hindu Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma Bhuta Kalamerepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Raksasa.

Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau Sara walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.

Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Dalam pandangan Tattwa, kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

 

 

 

 

Leave a Comment